-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Iklan

POLEMIK ANGGARAN KTT G20 DI MATA MASYARAKAT

Sabtu, 3 Disember 2022 | 12:28 PTG WIB | 0 Views Last Updated 2022-12-03T05:28:56Z


Penulis : Tifani Amalia

SimpulIndonesia.com_ Apa itu G20?
G20 merupakan gabungan dari 19 negara-negara utama dan Uni Eropa (EU) dan merepresentasikan lebih dari 60% populasi bumi, 75% perdagangan global dan 80% PDB dunia yang melakukan forum kerja sama multilateral dengan tujuan utama mencari solusi atas masalah perkenomian dan non perekonomian oleh negara Indonesia, Amerika Serikat, Arab Saudi, Afrika Selatan, Jerman, Argentina, Brazil, Inggris, India, Italia, Jepang, Kanada, Meksiko, Korea, Rusia, Turki, Perancis dan Uni Eropa.

 

Indonesia memegang presidensi G20 dimulai sejak Desember 2021 hingga akhir 2022. Dengan mengusung tema “ Recover Together, Recover Stronger” Indonesia kemudian membawa tiga isu prioritas, diantaranya:
• Arsitektur Kesehatan Global
• Transisi Energi Berkelanjutan
• Transformasi Digital dan Ekonomi
Hal ini dibawa oleh Indonesia dengan melihat kondisi global yang saat ini sedang tidak stabil disebabkan oleh dua hal besar yaitu pandemi Covid-19 dan juga perang Rusia-Ukraina. Selain itu Indonesia juga melihat faktor lingkungan, dimana terdapat berbagai macam isu lingkungan yang sedang terjadi diberbagai belahan dunia.

 


Tentunya dalam penyelenggaraan KTT G20 di Bali memerlukan biaya yang besar. Anggaran yang diperlukan ini mencapai Rp. 667 milliar data ini didapatkan dari Direktur Jenderal (Ditjen) Anggaran Kementerian Keuangan dimana pada 2021 anggaran persiapan Presidensi G20 Indonesia telah terealisasi dengan anggaran mencapai Rp. 8,11 milliar dan 2022 yang telah dipergunakan dalam pelaksanaan serangkain pertemuan dan kegiatan G20 sebesar Rp. 666,69 milliar. 

 


Lalu bagaimana persepsi masyarakat terhadap anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah ini?
Kebanyakan masyarakat masih berpersepsi bahwa pelaksanaan KTT G20 di Nusa Dua, Bali adalah suatu bentuk pemborosan anggaran sedangkan kondisi ekonomi saat ini belum pulih sepenuhnya setelah terguncang oleh pandemi dua tahun terakhir. Bahkan, dilansir dari fajar.com. Dokter Tifa menyoroti kemewahan acara KTT G20 dengan menyentil di media sosial dengan kata “setelah G20 apa? Nambah hutang?”.

 

Padahal sebenarnya persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan KTT G20 di Nusa Dua, Bali seharusnya tidak hanya berfokus kepada anggaran yang digunakan tetapi juga harus dapat melihat manfaat yang didapatkan dari KTT G20 ini terhadap Indonesia dalam jangka panjang. Dapat kita lihat bahwa dengan adanya KTT G20 ini memberi keuntungan yang sangat banyak seperti memperkenalkan budaya lokal sehingga dapat dikenal oleh dunia, dapat menyelesaikan permasalahan ekonomi dan lingkungan melalui kerja sama bilateral maupun multilateral baik itu dalam bentuk penanaman modal seperti perjanjian investasi Amerika sebesar Rp. 38.82 trilliun antara ExxonMobil dan Pertamina, investasi china ke Indonesia untuk mendukung transisi kendaraan bahan bakar minyak ke kendaraan listrik senilai 5 milliar dollar dan sebagainya. Hal ini membuktikan bahwa persepsi masyarakat terhadap anggaran KTT G20 yang dianggap pemborosan tidak tepat. 

 

Tetapi terlepas dari itu semua, ada baiknya pemerintah untuk segara menindaklanjuti atas kesepakatan-kesepakatan kerja sama yang tercipta dari KTT G20 ini agar memberikan bukti nyata untuk mematahkan persepsi masyarakat.

 

Jadi, dapat saya simpulkan bahwa Presidensi Indonesia di G20 terlepas dari anggaran yang dibutuhkan dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan G20 dapat memberikan manfaat atau keuntungan yang sangat banyak bagi Indonesia terutama di sektor perekonomian dalam jangka panjang. Sehingga sebagai masyarakat sebaiknya kita dapat menganalis dengan kritis terhadap suatu permasalahan terutama yang menyangkut kehidupan bernegara kita jangan hanya bicara tanpa adanya data yang konkrit dan analisis yang tepat.


IKLAN

×
Berita Terbaru Update