Foto: Anok dalam pangkuan ibunda didampingi sang ayah. (Dok Pribadi Keluarga) |
Simpulindonesia.com_ MANGGARAI TIMUR,- Agleriano Gefrilman adalah seorang anak usia 12 Tahun yang menderita lumpuh dan tidak pernah sekolah, namun bisa membaca dan menulis. Ia lahir dan dibesarkan di Desa Bangka Arus, Kecamatan Lambaleda Timur, Kabupaten Manggarai Timur dari Pasangan Yohanes Anom (48) dan Theresia Nelsi (41).
Anok sapaan akrabnya, lahir dalam kondisi normal. Hingga ia berusia 2 Tahun, ia bertumbuh dan berkembang seperti anak-anak lain. Namun di usianya yang masih belia itu, pristiwa mengenaskan menimpa dirinya. Ia jatuh dari tempat tidur membuat tugas dan perkembangannya terganggu sampai akhirnya lumpuh.
"Anak saya ini, dulunya normal, lahir secara normal namun semenjak jatuh saat masih 2 tahun, akhirnya sampe saat ini dia lumpuh begini. Dia anak ketiga dari 4 bersaudara pak." Kisah Theresia Nelsi, dalam nada sedih pada Selasa, 06 Desember 2022.
Waktu terus berlalu. Kini, Ia berusia 12 Tahun. Rekan sekampungnya yang seumuran dengan dia, sibuk dengan urusan belajar di sekolah dan bermain dengan teman-temannya. Sedangkan Anok sudah bertahun-tahun hanya mampu berbaring di tempat tidurnya. Kaki dan tangannya kecil dan pendek, Ia tidak bisa duduk.
Theresa Nelsi sang ibunda dari Anok tak pernah berhenti dan putus asa mengurus putranya itu. Sebab, tak satu pun aktivitas yang bisa dilakukan Anok. Segala kebutuhan dari putranya itu, Theresa dan suaminya bergerak sekuat tenaga untuk memenuhinya.
Yohanes Anom, Sang ayah menuturkan bahwa Ia dan istri berniat membawanya ke rumah sakit untuk dirawat. Tetapi semuanya terkendala biaya.
"Dulu pas awal-awal sakit, kami bawa anak kami ke rumah sakit cancar, dokter menyarankan untuk dibawa ke rumah sakit di surabaya namun karena terkendala di uang akhirnya kami memutuskan untuk merawat anak kami di rumah saja karena itu tadi pak untuk beli beras saja susah sehingga kami hanya bisa pasrah pak." Kata Yohanes dengan mata berkaca-kaca.
Orang tua Anok kini berharap ukuran tangan kasih dari semua pihak untuk membantu putranya. Berkali-kali orang mendatanginya untuk menawarkan bantuan, namun alhasil nihil. Termasuk dari pemerintah, belum sedikit pun menaruh kasih atas penderitaan Anok.
"Seringkali ada orang yang ambil foto anak kami, katanya akan ada bantuan tapi ternyata sampai detik ini tidak ada itu bantuan, saya sedih pak" keluh Yohanes, ayah anok.
Tuhan tak pernah menutup mata. Dibalik keterbatasan fisik yang dialaminya, anok ternyata bisa membaca dan menulis bahkan bisa menggambar walaupun anok tidak pernah merasakan duduk di bangku sekolah. Sang Ayah merasa terharu dengan anaknya meski kadang kala bingung.
"Kami bingung kenapa anak kami bisa baca-tulis, dia tidak pernah duduk di bangku sekolah, kami hanya orang kampung pak, tidak pernah mengajarkan dia baca-tulis. Tapi kami kaget dan terharu pas dengar dia baca tulisan di hp dan kami liat dia tulis namanya juga di buku pak. Bahkan orang sekampung dan juga semua orang yang tau soal ini juga heran dan kagum pak" tutur sang ayah dengan mata berlinang.
Sang Ayah berharap kondisi keluarganya diketahui oleh pemerintah, sehingga anaknya bisa mendapat perhatian dari berbagai pihak.
"Kami butuh kepedulian dari pemerintah pak. Semoga kondisi kami di sini bisa tersalurkan melalui media. Tolong kami pak. Kalau bisa, anak saya butuh kursi roda," pinta yohanes sambil merekatkan kedua tangannya.
Anok anak yang "cerdas alami". Ia bertekad untuk mengenyam ilmu pengetahuan melalui dunia pendidik seperti teman-temannya. Namun, penderitaan Anok belum berujung. Kembali lagi berharap agar pemerintah membantunya agar Anok mendapat perawatan yang layak dan lekas sembuh.
(Open donasi CP Keluarga Anok : 082235251929)
Reporter: Bofas