Dian Chandra – Kepala Disdik Lubuklinggau
WACANA rekrutmen guru melalui program marketplace atau aplikasi lokapasar yang ditawarkan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Nadiem Anwar Makarim, menuai kritikan dari sebagian tenaga pendidik.
Karena program marketplace tersebut dinilai seolah menyamakan guru dengan barang.
Berbeda dengan Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kota Lubuklinggau, Dian Candra. Meski mengaku program tersebut belum sampai ke daerah khususnya Kota Lubuklinggau, namun dia mendukung program tersebut.
‘Kalau tidak kapan lagi permasalahan rekrutmen guru ini bisa selesai,” ujar Dian.
Selain itu, tambahnya dengan penggunaan dan penerapan aplikasi justru rekrutmen guru tersebut bisa lebih transparan. Sehingga istilah titip menitip dalam perekrutan tenaga pendidik tidak bisa berlaku lagi.
Saya setuju, dengan menggunakan aplikasi, rekrutmen guru bisa lebih transparan, jadi tidak ada lagi yang namanya titip-titipan,” tegasnya.
Hanya saja lanjut Dian, dalam rekrutmen ini tetap saja harus memprioritaskan guru honorer yang sudah ada. “Tetapi tetap harus memprioritaskan dan memperhatikan guru honor yang sudah ada,” katanya.
Selain itu, tambah Dian aplikasi tersebut harus didukung oleh perangkat yang benar-benar mendukung aplikasi tersebut untuk bisa diterapkan.
“Sehingga aplikasi itu benar-benar berfungsi dan mempermuda akses informasi rekrutmen itu sendiri,” pungkasnya.
Seperti yang telah diberitakan sejumlah media nasional sebelumnya, rekrutmen tenaga pendidik atau guru hingga saat ini masih menyisakan beragam masalah. Karena itu Nadiem berencana membuat marketplace bagi guru untuk mengatasi permasalah itu.
Hal itu diungkapkan Nadiem dalam rapat kerja Komisi X DPR RI, Senin 29 Mei 2023.
Dalam kesempatan itu Nadiem mengungkapkan ada tiga penyebab yang membuat rekrutmen guru di tanah air hingga saat ini masih bertemu beberapa kendala.
Pertama, sekolah terkadang membutuhkan guru baru secara realtime. itu disebabkan ada beberapa alasan yang membuat guru sebelumnya berhenti. Sementara rekrutmen guru saat ini masih dilakukan secara terpusat dan setiap tahunnya hanya sekali.
Kedua, proses perekrutan guru tidak sesuai dengan kebutuhan sekolah, karena masih ada siklus yang tidak sinkron antara sekolah dan pemerintah pusat.
“Perekrutan ini dilakukan secara terpusat karena adanya kekhawatiran bahwa jumlah dan kompetensi guru itu tidak sesuai kebutuhan dan sebenarnya kalau kita sudah punya data dari setiap sekolah, seharusnya yang mengerti kebutuhan rekrutmen itu kembali kepada sekolah,” ungkapnya.
Terakhir, pemerintah daerah tidak mengajukan formasi ASN yang sesuai dengan kebutuhan.Untuk mengatasi masalah itu, dikatakan Nadiem, Kemendikbud telah berdiskusi dengan empat kementerian terkait yakni, Kemendikbudristek, Kemenkeu, Kemendagri dan Kemenpan-RB dalam membuat solusi atas ketiga permasalahan tersebut.
Salah satu solusinya adalah dengan pembuatan marketplace untuk guru.
“Marketplace untuk talent guru, di mana akan ada suatu tempat bagi semua guru-guru yang boleh mengajar masuk ke dalam sebuah data base yang bisa diakses oleh semua sekolah yang ada di Indonesia,” jelas Nadiem.
Dengan marketplace ini, Nadiem mengatakan setiap sekolah nantinya bisa mencari siapa saja yang bisa menjadi guru dan siapa saja guru yang bisa diundang sesuai dengan kebutuhan. **(J4D