“Karyawan adalah Aset bukan Beban”
Oleh : Marwan Al Ja’fari, Ketua PW MABMI KBB
SIMPULINDONESIA.com_ PANGKALPINANG,- Begitu mengejutkan setelah membaca berita di sejumlah media online lokal maupun nasional tentang pemecatan yang dilakukan oleh PT. Timah Tbk terhadap karyawannya bernama Ahmad Murni yang dilakukan oleh Direktur SDM PT Timah Tbk, Tigor Pangaribuan.
Penecan itu tanpa didahului proses pembinaan, teguran dan tanpa diuji lebih dahulu secara hukum di pengadilan.
Jika memang benar itu terjadi sesuai dengan isi berita, maka kalau dipandang dari sudut adat budaya ini menandakan bahwa Direktur SDM PT. Timah Tbk, Tigor Pangaribuan adalah seorang yang rendah Kecerdasan Emosionalnya (EQ).
Padahal, PT. Timah Tbk merupakan salah satu perusahaan yang sangat sering mengadakan pelatihan ESQ dengan mendatangkan nara sumber handal Ary Ginanjar.
Tindakannya yang arogan dan bertindak sewenang-sewenang dengan tidak memperhatikan aspek Kemanusiaan yang adil dan beradab, jelas melanggar Sila kedua dari Pancasila.
Apakah ia tidak melihat kalau karyawannya yang bernama Ahmad Murni itu punya keluarga, anak dan istri yang harus dihidupinya. Tentu akan malu, dimanalah letak rasa kemanusiaannya.
Seandainya Ahmad Murni itu memang ada kesalahan, seharus nya dia berpikir bagaimana membuat karyawannya itu menjadi orang baik, melalui pembinaan program SDM nya. Mestinya, PT. Timah Tbk tempat ia menjabat sekarang dan sebagai perusahaan yg telah lama berada di pulau Bangka Belitung.
Apalagi sekarang sudah menjadi perusahaan yang Go Publik, seharusnya sudah lebih dewasa dan sangat memperhatikan aspek-aspek kemanusiaan karyawan nya. Jangan asal main pecat begitu saja.
Tampaknya budaya memberikan penghargaan dan menghargai perjuangan yang diberikan oleh segenap karyawannya yg telah berkontribusi kepada perusahaan dan selama ini sudah diterapkan di PT. Timah Tbk, sama sekali tidak diindahkannya.
Kemudian yang sangat mengherankan secara logika berorganisasi menurut isi berita tersebut , bahwa keputusan perusahan memecat seorang karyawannya hanya diambil oleh seorang Direktur SDM saja. Padahal diatas direktur masih ada Direktur Utama yang paling bertanggung jawab sebagai pemegang kendali organisasi perusahaan.
:Saya kira hal ini perlu diklarifikasi dan disampaikan ke publik. Apa betul kejadiannya seperti itu ? Karena jabatan setingkat Direktur itu setahu saya kalau ada masalah, ia lakukan kajian tehnis dulu untuk direkomendasikan sebagai bahan pertimbangan pimpinan yang akan mengambil suatu keputusan," tuturnya.
Jadi, agak aneh kalau keputusan pemecatan seorang karyawan ini tidak melalui Direktur Utamanya.
Oleh karena itu, kita masih bisa berharap kepada Direktur Utama PT.Timah Tbk untuk dapat menyelamatkan nasib karyawannya Ahmad Murni. Dengan tidak menandatangani SK pemecatan atau membatalkan Sk pemecatan, kalau memang itu sudah terlanjur di terbitkan.
Apalagi beliau ADAKAH seorang putra daerah yang sangat peduli dengan kemajuan daerahnya.
Kemudian, kepada Direktur SDM Tigor Pangiribuan kita juga berharap dalam merekomendasikan kepada pimpinanya agar dapat mengkaji kasus ini secara bijak, apalagi ini menyangkut dengan masalah kemanusiaan.
Kalau kesalahan yang dilakukan Ahmad Murni bukan kesalahan yang berat dan tidak berulang-ulang dilakukan, ia kan bisa dipanggil, bila perlu berikan peringatan SP 1, Sl 2 dan SP 3. Karena masih bisa dilakukan pembinaan.
Apalagi infonya Bapak Tigor Pangiribuan ini pengalaman kerjanya lama di luar negri. Beliau pasti tau, bagaimana sekarang ini perusahan-perusahaan di barat pun sudah tidak relevan lagi mengunakan sistem manajemen seperti ini.
Sistem manajemen perusahan disana sudah banyak mengadopsi model manajemen dari timur, yang sangat memperhatikan sisi humanisme, dan menganggap karyawan itu sebagai aset bukan sebagai beban perusahaan.
Sebagai seorang Direktur SDM, seharusnya beliau memikirkan agar perusahaannya tetap exsis dan karyawannya juga bisa sejahtera.
Satu hal lagi yang harus ia pahami sebagai bahan untuk beradabtasi, tentang sifat orang Melayu Bangka Belitung tempat wilayah ia bekerja, bahwa di Bangka Belitung ini sangat terkenal dengan Madu Pelawan.
Filosofi madu itu selalu mengeluarkan yang manis- manis, hinggap diranting yang kecil pun tidak dipatahkannya. Ia tidak merusak, tapi madu jangan diganggu dan disakiti. Kalau sampai di ganggu dan di zolimi maka ia akan melakukan perlawanan dan akan terus mengejar musuhnya walau bersembunyi didalam air akan tetap ia kejar dan tetap ia ditunggu sampai kepalanya muncul kembali.
Begitulah sifat orang Melayu Bangka Belitung, ia sangat welcome kepada siapapun yang datang kesini asal jangan jumawa. silahkan mau jadi raje dinegeri ini asal jangan ngeraje. Jangan sampai mereka melakukan perlawanan, karena kalau orang Bangka Belitung sudah melakukan perlawanan nanti yang akan susah Perusahaan itu sendiri untuk mengatasinya.
"Jadi saran saya, berbaik- baiklah dengan karyawannya apalagi mereka berasal dari orang Melayu Bangka Belitung, mari sama- sama kita jaga kondusifitas dan ketentraman negri ini dengan mengutamakan perhatian kepada aspek-aspek kemanusian," imbuhnya.
Didalam falsafah Jawa Ada tiga Ojo yang bisa kita ambil pelajarannya dan ada kaitannya dengan hal ini yaitu : Ojo dumeh, Ojo kumingsun, Ojo kagetan. Artinya, jangan sombong, jangan sok berkuasa, jangan mudah terkejut saat sedang memegang jabatan.
Seseorang yang sedang berkuasa tidak boleh menggunakan kekuasaannya untuk menindas dan bertindak sewenang-wenang kepada orang lain dan jangan selalu merasa “Siapa saya”.
Pitutur luhur falsafah Jawa ini menasehatkan agar seseorang tidak berbuat seolah dirinya yang paling hebat dan paling segalanya dibandingkan orang lain. ingatlah, diatas langit masih ada langit. (Aimy).