SIMPULINDONESIA.com_ BANGKA- Siapa sih yang gak kenal Pulau Bangka ? Ya, salah satu pulau yang ada di Indonesia yang memiliki daya tarik keindahan alam yang sangat menakjubkan. Serta didominasi daerah penghasil biji timah yang cukup lumayan besar.
Namun dengan seiring waktu yang berjalan, keindahan alam Pulau Bangka saat ini terancam akan hilang dan tak seindah dulu lagi.
Mengapa dan ada apa ? Semua ini tak lepas disebabkan karena adanya aktifitas exploitasi Tambang Inkonvensional (TI) yang diduga ilegal yang menjamur hampir di setiap wilayah, baik itu didarat maupun perairain.
Salah satu contohnya, adanya aktivitas TI Ilegal di wilayah sungai Rumpak Batu Hitam, Desa Riding Panjang, Kecamatan Belinyu, Kabupaten Bangka, Selasa (23/1/2024).
Dimana di daerah tersebut terlihat porak poranda disebabkan adanya aktifitas exploitasi Tambang Inkonvensional ilegal. Aktivitas nya pun meresahkan Masyarakat setempat.
Apa lagi baru-baru ini ada kejadian tragis yang hampir menelan korban jiwa. Dimana seorang ibu penyanting timah yang tenggelam di lubang bekas tambang ilegal. Serta beberapa hari yang lalu juga terjadi penikaman sesama panitia tambang ilegal karena rebutan jatah uang “Koordinasi”.
Padahal, wilayah tersebut sebagai zona potensi pariwisata yang tinggi dan sumber daya alam yang berlimpah. Daerah pariwisata dan hutan Bakau/Mangrove yang seharusnya dilindungi,
Kini, para penambangan ilegal mengubah daerah kawasan itu hancur luluh lantak. Serta fi duga terjadi lautan konflik yang ketidakpastian.
Nampak jelas ratusan Ponton Isap Produksi (PIP) jenis TI Rajuk terus melanggar batas. Mengancam keberlanjutan ekosistem serta mengorbankan kehidupan masyarakat setempat.
Akibatnya, masyarakat setempat dihadapkan pada risiko dan konflik yang meningkat seiring meluasnya praktik tambang ilegal di wilayah tersebut.
Menyoroti permasalahan tersebut, setidaknya menjadi agenda APH untuk melakukan tindakan tegas demi Lingkungan dan Masyarakat.
Insiden tenggelamnya seorang penyanting timah dan penikaman antarwarga lokal dengan panitia tambang ilegal di Bukit Tulang mencerminkan dampak negatif yang signifikan dari keberlanjutan praktik ilegal ini.
Kapolda Bangka Belitung, sebagai pemegang otoritas kepolisian di daerah ini, kini dihadapkan pada desakan keras dari masyarakat untuk mengambil langkah tegas.
Meskipun upaya masyarakat setempat untuk melibatkan Kapolda dalam menanggulangi tambang ilegal belum membuahkan hasil memuaskan, dorongan untuk penanganan serius semakin meningkat.
Tak hanya permasalahan itu saja, sejumlah warga pun telah menyampaikan keprihatinan mereka terhadap dugaan keterlibatan oknum anggota APH dan aparat berseragam dalam praktik ilegal tersebut.
Beberapa anggota APH disinyalir terlibat langsung dalam kegiatan penambangan dan terlibat dalam koordinasi distribusi jatah "Sistem Koordinasi" kepada pimpinan APH setempat.
Praktik ini memberikan preseden buruk gambaran tentang kerentanan dan penyalahgunaan kekuasaan oleh oknum aparat yang seharusnya bertugas melindungi masyarakat dan lingkungan.
Masyarakat setempat mengungkapkan bahwa kegiatan tambang ilegal itu melibatkan jaringan terorganisir, dengan beberapa anggota APH yang terlibat secara langsung, serta panitia dan pimpinan lokal AHP.
Langkah-langkah tegas perlu segera diterapkan untuk menangani secara komprehensif masalah ini.
Disebutkannya, meskipun nelayan setempat telah berusaha mengusir para penambang ilegal itu, aktivitas Ponton TI Rajuk terus meningkat.
"Kami sebagai nelayan di sini telah berusaha mengusir para penambang ilegal itu. Namun justru aktivitas Ponton TI Rajuk terus meningkat," tukasnya seraya memohoń kepada sebagaimana APH untuk melakukan tindakan tegas kepada para penambang ilegal tersebut. (Aimy).
Sumber : KBO Babel