.jpeg)
OPINI
Oleh: Nazwar, S. Fil. I., M. Phil
SIMPULINDONESIA.com_ Zaman dulu, kekuasaan Mu'tazilah dengan tokoh pentolannya Washil bin atho' santer dikabarkan pemerintah atau negaranya menganut paham bertumpu pada akal tersebut. Konon, paham Mu'tazilah yang senantiasa mengutamakan akan bahkan di atas dalil "Nash" berupa al-Qur'an dan Sunnah.
Pada zaman itu, bukan tanpa ada perlawanan, banyak usaha khususnya para ulama' yang menentang pandangan penguasa kala itu. Sekaliber Ahmad bin Hambal yang dikenal tidak hanya dengan Ilmu Hadits, Fiqh, sampai Tasawwufnya, menjadi bagian dari eksekusi.
Puncaknya, Imam yang banyak diikuti tersebut kemudian dikenal menjadi tokoh madzhab yang dikenal dengan penisbatan atas namanya, Hambali, termasuk menerima hukuman oleh penguasa lantaran tidak menerima atau meng"iya"kan bahwa al-Qur'an adalah makhluk sebagaimana bagian dari di antara doktrin Mu'tazilah yang secara resmi dianut negara.
Persoalan makhluk atau yang lain sebagaimana ulasan sebelumnya oleh penulis kemudian bahasakan dengan misteri. Kesempatan kali, materi yang urgen dalam pandangan penulis justru bukan apakah al-Qur'an makhluk atau bukan namun saat ini justru hidup!
Mungkin persoalan menjadi melebar namun tanpa mengenyampingkan harapan akan ketercerahan terhadap isu yang besar ini. Meski telah berlalu, kenyataannya bahwa peristiwa ini menjadi bagian dari titik balik dalam sejarah perkembangan aliran dalam Islam bahkan bagi tokoh pendiri Madzhab Hambali yang banyak dianut muslim, gerakan sampai negara hingga saat ini.(*)
