POLEWALI MANDAR - Dalam upaya mengatasi dampak perubahan iklim di Kabupaten Polewali Mandar, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor sebagai kunci keberhasilan Program Kampung Iklim (ProKlim).
Sejak dimulai pada tahun 2017, DLHK tidak hanya bergerak sendiri, tetapi menggandeng berbagai pihak, mulai dari Organisasi Perangkat Daerah (OPD), penyuluh pertanian, hingga perguruan tinggi.
"Kolaborasi ini sangat penting karena tantangan perubahan iklim bukan sesuatu yang bisa diselesaikan oleh satu pihak saja," ujar Rahmati, Kepala Bidang Pengelolaan Limbah dan Pengendalian Pencemaran DLHK Polewali Mandar.
Menurutnya, sinergi antara berbagai sektor inilah yang memungkinkan program ProKlim berjalan efektif dan memberikan dampak nyata bagi masyarakat di 57 lokasi yang telah mendapatkan penghargaan.
Salah satu contoh sukses dari kolaborasi ini adalah Desa Pallis, yang baru saja meraih Tropi Utama pada tahun 2024.
Di desa ini, DLHK bekerja sama dengan penyuluh pertanian untuk mengembangkan pertanian organik, sementara tenaga kesehatan membantu masyarakat memahami pentingnya adaptasi terhadap perubahan iklim melalui peningkatan kesehatan lingkungan.
"Pendekatan multi-sektor ini memungkinkan kami untuk menjawab berbagai kebutuhan masyarakat secara holistik," tambah Rahmati.
DLHK juga melibatkan perguruan tinggi dalam proses pendampingan. Para akademisi berperan dalam memberikan dukungan teknis dan ilmiah, termasuk dalam identifikasi kerentanan dan risiko perubahan iklim di desa-desa.
"Perguruan tinggi membantu kami dalam memahami isu-isu teknis yang mungkin sulit dijangkau oleh masyarakat awam, sehingga intervensi yang dilakukan bisa lebih tepat sasaran," kata Rahmati.
Tidak hanya itu, aktivis lingkungan lokal juga berperan penting dalam mendorong partisipasi masyarakat.
Mereka mengorganisir kegiatan seperti penghijauan dan pengelolaan sampah, serta mengedukasi warga tentang pentingnya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
"Partisipasi masyarakat adalah tulang punggung dari setiap program lingkungan. Tanpa dukungan mereka, ProKlim tidak akan berjalan sejauh ini," tegas Rahmati.
Keberhasilan ProKlim di Polewali Mandar juga ditopang oleh koordinasi yang baik antara DLHK dan pemerintah desa.
Setiap desa yang menjadi calon lokasi ProKlim, terlebih dahulu diidentifikasi potensinya melalui pertemuan tingkat kabupaten.
Dari pertemuan ini, informasi lapangan dikumpulkan untuk memastikan desa tersebut siap mengikuti program.
"Kami tidak asal menunjuk desa, tetapi benar-benar melihat kesiapan dan potensi dari setiap lokasi yang diusulkan," jelas Rahmati.
Kedepannya, DLHK berencana untuk memperkuat kolaborasi ini dengan mengajak lebih banyak stakeholder untuk terlibat.
Rahmati berharap, pendekatan ini dapat diterapkan di desa-desa lain yang belum terlibat dalam ProKlim, agar semakin banyak lokasi di Polewali Mandar yang mampu menjalankan program ini dengan baik.
"Kolaborasi adalah kunci. Dengan bekerja sama, kita bisa mencapai lebih banyak lagi," ujarnya.
Dengan sinergi yang kuat antara berbagai pihak, DLHK optimis bahwa Polewali Mandar akan terus menjadi contoh sukses dalam pelaksanaan ProKlim di tingkat nasional.
Keberhasilan ini juga diharapkan dapat memicu daerah-daerah lain untuk mengadopsi pendekatan serupa dalam mengatasi tantangan perubahan iklim yang semakin kompleks.
----------
Laporan : Ahmad BTKR. Robbani