-->

Notification

×

Iklan

Iklan

Iklan

BEM di Konawe Tolak Penyebaran Satu Juta Amplop, Diduga Dilakukan Cagub ASR, Bawaslu Diminta Segera Bertindak

Jumat, 11 Oktober 2024 | 13.30 WIB | 0 Views Last Updated 2024-10-11T06:30:28Z

 

Gambar : Badan Eksekutif Mahasiswa yang menolak penyebaran satu juta Amplop. (Foto/Ist).

SimpulIndonesia.com__KONAWE,— Dua BEM Kampus Unilaki dan Kampus AKKES Konawe Meminta Bawaslu untuk menulusuri 1 Juta Amplop salah satu calon Gubernur Sulawesi tenggara. Jumat (11/10/2024).


Diketahui, Koordinator Wilayah (Korwil) BEM Kabupaten Konawe bersama Koordinator Pusat (Korpus) Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Se-Sulawesi Tenggara (Sultra) menggelar konferensi pers untuk meminta Bawaslu Sultra untuk menulusuri 1 Juta Amplop yang gaungkan salah satu calon Gubernur Sultra.


Desakkan tersebut datang dari perwakilan BEM dari beberapa perguruan tinggi, termasuk BEM Universitas Lakidende (Unilaki) dan BEM Akademi Kesehatan Konawe (Akkes). 


Mereka meminta Bawaslu sultra untuk meninaklanjuti laporan Koordinator Pusat BEM Se Sultra terkait keterlibatan 70 kepala desa dalam politik praktis.


Koordinator Wilayah Konawe, Irsan Dian Saputra, yang juga merupakan mantan Ketua BEM Unilaki, menyatakan dengan tegas penolakannya terhadap politik uang yang mencederai nilai-nilai demokrasi. 


"Dengan adanya praktik politik praktis ini tentu saja mencederai demokrasi, khususnya di Sulawesi Tenggara. Kami secara tegas menolak adanya money politics yang diduga dilakukan oleh calon gubernur nomor urut 2," kata Irsan, pada Kamis (10/10/2024).


Ia juga menyoroti rencana pembagian satu juta amplop yang dianggap merusak proses demokrasi yang seharusnya bersih dan transparan. 


"Sebagai mahasiswa, kami tidak akan mengamini kegiatan tersebut, karena hal ini merusak demokrasi di Sultra," tegasnya.


Ketua BEM Akkes Konawe. Oktaviana turut menyuarakan penolakannya terhadap praktik politik uang. Ia berharap pemilihan mendatang bebas dari money politics dan menyerukan kepada semua pihak untuk tidak terlibat dalam penyebaran amplop tersebut.


"Saya berharap, sebagai mahasiswa dan mewakili kaum perempuan, kita semua menolak adanya money politics. Terutama untuk membatasi masyarakat yang kurang mampu dari tekanan politik praktis," ungkap Oktaviana.


Ashabul Akram, Korpus BEM Se-Sultra, mengapresiasi aksi dan komitmen mahasiswa Konawe yang tetap konsisten mempertahankan nilai-nilai demokrasi di Sultra. Ia juga menegaskan bahwa gerakan ini tidak berhenti sampai di sini.


"Aksi kami tidak hanya berhenti di Konawe, karena kami berbicara untuk masa depan Sultra lima tahun ke depan. Kami akan terus mengawasi sistem pemilihan agar tetap transparan, bersih, dan jujur," kata Ashabul.


Sebagai penutup, ia menyerukan kepada masyarakat Konawe untuk bersama-sama berjuang melawan politik praktis yang dapat merusak masa depan demokrasi di Sultra.


Sampai berita ini ditayangkan belum ada konfirmasi dari pihak terkait, tim SimpulIndonesia.com masih berupaya melakukan konfirmasi kepada pihak terkait.(Nur).

×
Berita Terbaru Update